Win-win solution dalam pengambilan keputusan

Credit Picture by HW Unismuh Makassar

Beberapa hari yang lalu saya berdiskusi dengan seorang sahabat saya,yang juga junior saya di SMA  dan memilih berkiprah di KOHATI HMI,banyak hal yang kami diskusikan dan diakhiri dengan “Pemahaman setiap orang dalam menelaah bahasa berbeda-beda,tergantung karakter,pengalaman dan keilmuan yang dimiliki”,ini pulalah yang membuat saya teringat kembali pada sebuah kejadian di Hizbul Wathan Unismuh Makassar (Rapat 09 Januari 2014) terjadi perdebatan panjang tentang  kata Merubah dan kata Menambahkan,sampai merembet pada pemahaman menang-menang (Win-win solution) pada pengambilan keputusan terkait tentang  pengetahuan organisasi secara umum,yang kemudian disalah artikan menjadi menang-menang dalam perspektif sebuah pertandingan/perlombaan/kompetisi atau apalah,sebagai contoh kata yang terkait dengan perspektif Menang-menang tersebut   “Ketika kita ingin sama2 menang itu adalah hal yang baik,tapi ingat menanglah dengan baik bukan melanggar aturan yang telah ada.”.(semoga saya yang salah dalam pemahaman dan pemaknaan bahasa tersebut)"

Yang terjadi pada rapat 09 Januari 2014 saya anggap itu adalah dinamika dalam sebuah keputusan rapat kadang ada pro dan kontra,tergantung sikap kita melihat hal tersebut (saya menganggap itu sebagai sebuah dinamika dan saya tidak terlalu mau ambil pusing dengan ocehan-ocehan setelah kejadian itu, takutnya saya itu bisa menjadi penyakit hati dan bila penyakit hati sudah sampai pada level kronis maka segala sesuatunya yang terkait pola pandang akan menjadi salah ) saya hanya akan mengulas seputar itu saja pada tulisan berikut,

I. Merubah dan Menambahkan

1. Merubah,dalam Kamus besar bahasa indonesia: menjadikan lain dari semula, menukar bentuk (warna, rupa, dsb).merubah sesuatu yang sudah ada
2. Menambah/menambahkan (sesuatu) supaya menjadi banyak (lengkap, dsb);  menjadikan bertambah (spt memperbanyak, mempertinggi, memperbesar, dsb).meningkatkan

Kedua kata diatas sudah jelas berbeda,menurut kamus besar bahasa indonesia,(semoga bisa menjadi telaah bagi pembaca yang mengedepankan nilai-nilai ilmiah dalam mencerna bahasa)

II. Win-Win Solution (Solusi Menang-menang/Berfikir Menang-menang)

Kata diatas bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi orang yang sering mengolah kemampuan ekstra melalui kegiatan-kegiatan,kajian-kajian,pelatihan-pelatihan tentang organisasi.Win-Win Solution (Solusi Menang-menang/Berfikir Menang-menang).Dalam ranah pengetahuan khususnya bidang manajemen, win win solution sudah sering dikenal dalam mengelola organisasi, kemampuan inilah yang harus dimiliki setiap mereka yang menjadi  pemimpin walaupun tidak semua orang memiliki pengetahuan tersebut,karena pengetahuan tersebut biasanya didapatkan dari pengalaman dengan waktu yang tidak singkat.
Menang /Menang bukanlah teknik, melainkan filosofi total interaksi manusia. Sebenarnya, ini merupakan salah satu dari enam paradigma interaksi. Paradigma alternatifnya adalah Menang/Kalah, Kalah/Menang, Kalah/Kalah, Menang, dan Menang/Menang atau tidak sama sekali.

- Menang/Menang        - Kalah/Kalah
- Menang/Kalah           - Menang
- Kalah/Menang           - Menang/Menang atau tidak sama sekali.

Berpikir menang – menang adalah suatu karakter. Bisa dibentuk, menjadi kebiasaan dan dasar dari segala hubungan yang berhasil. Kita mendapatkan apa yang kita inginkan demikian pula orang lain mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jika hanya salah satu pihak yang mendapatkan manfaat maka hubungan itu akan berlangsung singkat dan pada akhirnya akan berakhir. Tidak ada hubungan jangka panjang dalam situasi menang – kalah. Demikian pula dalam hubungan kalah – kalah, masing – masing pihak tidak mendapatkan apa yang di-inginkan-nya. (konteks organisasi)

Menang – menang adalah suatu kondisi dimana pihak – pihak yang terlibat merasa senang dan puas karena mendapatkan manfaat dari hubungan yang terjadi.  Bisa saja antara anda dengan teman anda, anda dengan bawahan anda, anda dengan pasangan anda atau anda dengan atasan anda. Hubungan dengan dasar ini pasti bertahan lama karena tidak ada yang merasa dirugikan.  Masing-masing pihak membawa nuansa koperatif bukan kompetitif, mencari persamaan bukan perbedaan, mengedepankan solusi dan mengecilkan masalah.

pada hakekatnya saya menang – anda menang adalah suatu alternatif, sebuah pilihan situasional yang harus diusahakan sebisa mungkin. Jika tidak tercapai kesepakatan yang saling menguntungkan maka pilihannya adalah:

Saya menang dan anda kalah
Saya kalah dan anda menang
Saya kalah demikian juga dengan anda (kalah)
Hubungan ini tidak bisa dilanjutkan lagi !

Kedewasaan karakter diperlukan dalam Penerapan prinsip menang-menang (Win-win solution) Kedewasaan karakter adalah keseimbangan antara keberanian dan toleransi. Jika seseorang dapat mengekspresikan perasaan dan keyakinannya dengan keberanian yang diimbangi dengan pertimbangan akan perasaan dan keyakinan orang lain, maka ia sudah memiliki karakter yang dewasa, khususnya jika persoalannya sangat penting bagi kedua belah pihak.  Berpikir menang – menang adalah perwujudan dari keberanian dan toleransi yang seimbang.

Jika saya berani namun tidak memiliki toleransi maka saya akan berpikir menang – kalah dalam hubungan saya. Saya akan kuat dan memaksakan ego.
Saya akan bertahan pada keyakinan saya dengan tidak memperdulikan keyakinan anda.
Jika saya mengedepankan toleransi daripada keberanian saya, maka saya akan memilih sikap kalah-menang.
Jika saya memiliki keberanian dan toleransi yang seimbang, saya akan mencoba memahami anda dan menyampaikan harapan dan keinginan saya supaya win-win solution bisa tercapai.

Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan tentang pola pikir Win-win solution cobalah membaca "The 7 Habits of Highly Effective People" yang ditulis oleh Stephen Covey dalam bukunya "The 7 Habits of Highly Effective People"menguraikan hal-hal sebagaimana tertulis di bawah ini.

- Yang membedakan orang-orang yang sangat efektif dengan orang kebanyakan yang tidak produktif adalah, bukan pada apa yang mereka miliki, tetapi pada kebiasaan-kebiasaannya.
- Watak seseorang terbentuk dari kebiasaan-kebiasaannya. Di alam bawah sadar,kebiasaan - kebiasaan itu membentuk dan mengubah watak seseorang.Dan ternyata kebiasaan-kebiasaan itu bisa diubah, asal kita mau, walaupun membutuhkan waktu.

sow a thought, reap an act
sow an act, reap a habit
sow a habit, reap a character
sow a character, reap a destiny

taburlah pemikiran, maka Anda akan menuai tindakan
taburlah tindakan, maka Anda akan menuai kebiasaan
taburlah kebiasaan, maka Anda akan menuai watak
taburlah watak, maka Anda akan menuai nasib Anda

- Kebiasaan itu sendiri terjadi karena adanya paradigma. Yang dimaksudkan dengan paradigma adalah sudut pandang atau kerangka yang terbentuk oleh pengalaman hidup, pendidikan maupun latar belakang kita.
- Paradigma inilah yang menentukan bagaimana kita memandang dan mengartikan dunia ini, dan dengan demikian menentukan bagaimana kita bereaksi dan bersikap terhadapnya. Sebagai contoh, mula-mula astronom Mesir, Ptolemy, mengatakan bahwa dunia adalah pusat dari jagat raya. Tetapi kemudian Copernicus menyebabkan perubahan paradigma, ketika dia membuktikan bahwa sebenarnya mataharilah yang merupakan pusat dari jagat raya.
- Pengertian akan konsep paradigma ini membuat orang belajar mengerti bagaimana orang lain memandang persoalan yang sama dengan kacamata yang berbeda. Pengertian tentang paradigma ini juga dapat menghindarkan orang dari sikap merasa dirinya sebagai korban lingkungan atau orang lain,sehingga seringkali melakukan "blaming to others" (menyalahkan orang lain), karena mengangap dunialah yang salah kalau sesuatu itu tidak sesuai dengan harapannya.

Selanjutnya Stephen Covey menjelaskan bahwa di dunia ini ada hukum alam untuk kematangan. Seorang bayi berkembang dari ketergantungan pada orangtuanya menjadi mandiri sebelum akhirnya mencapai kematangan pemahaman akan saling ketergantungan dengan orang lain di sekitarnya.Ekosistem alam tercermin dalam ketergantungan kolektif dari masing-masing warga masyarakat, satu terhadap yang lain.

- Ketergantungan seorang bayi paradigmanya adalah "Engkau" (engkau merawatku; kalau ada yang salah, itu salahmu), sedangkan pada kemandirian remaja,paradigmanya adalah "Aku" (ini pilihanku, aku akan mengerjakannya sendiri). Dan dalam tahap saling tergantung orang dewasa, paradigmanya adalah "Kita" (kita bisa bekerja sama, sebaiknya kita bersatu).
- Dalam proses kematangan seseorang dari tahap ketergantungan (dependent) menjadi kemandirian (independent) dan kemudian saling tergantung (interdependent); ada kebiasaan-kebiasaan yang perlu dikuasai supaya seseorang bisa menjadi sangat efektif.
- Stephen Covey menyatakan adanya tujuh kebiasaan yang perlu dimiliki.

Tiga di antaranya berkaitan dengan penguasaan diri yaitu:

1. Jadilah proaktif (Be Proactive).
2. Merujuk pada tujuan akhir (Begin with the End in Mind).
3. Dahulukan yang utama (Put First Thing First).

Kalau kita dapat menguasai ketiga kebiasaan ini maka kita akan mengalami apa yang disebut "kemenangan pribadi" (private victory), dan kita boleh dikatakan telah mencapai tahap kemandirian (independent).

- Setelah mandiri ini, kita dapat meraih "kemenangan publik" (public victory) dengan menguasai ketiga kebiasaan selanjutnya yaitu:

4. Berpikir menang-menang (Think Win-Win).
5. Berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek first to Understand then to be Understood).
6. Wujudkan sinergi (Synergize).

- Proses ini tidak bisa dibalik, sebagaimana kita tidak mungkin panen sebelum menanam. Jadi prosesnya berlangsung dari dalam keluar (inside out), yaitu memulai dari diri sendiri baru dengan orang lain.
- Kebiasaan ke 7 yaitu "Asahlah gergaji" (sharpen the saw) adalah kebiasaan untuk melakukan pengembangan diri.

Kebiasaan 1 : Jadilah proaktif (Be Proactive).
Bersikap proaktif tidak hanya berarti mengambil inisiatif tetapi juga bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya.
Seorang yang proaktif mempunyai kebebasan memilih sendiri keputusan-keputusannya dan bertanggung jawab akan akibat dari keputusannya itu. Sedangkan seorang yang reaktif (kebalikan dari proaktif) sikapnya berdasarkan kondisi atau sikap orang lain dan karena itu tidak merasa bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya sehingga selalu menyalahkan keadaan atau orang lain.

Di bawah ini adalah contoh-contoh pernyataan orang yang Reaktif dan Proaktif.
1. Saya tidak bisa berbuat apa-apa 1. Apa pilihan yang ada tentang itu ?.
2. Begitulah sifat saya. 2. Apa yang dapat saya perbaiki ?
3. Dia sih yang bikin aku marah. 3. Saya yang menguasai emosiku.
4. Saya tidak bisa. 4. Saya mau atau tidak mau.
5. Saya terpaksa. 5. Saya suka atau tidak suka.
6. Seandainya saja ............... 6. Saya hendak dan merencanakan.

Kebiasaan 2 : Merujuk pada tujuan akhir (Begin with the End in Mind).
Ini adalah kebiasaan kepemimpinan diri (personal leadership), yaitu memulai suatu kegiatan dengan suatu kejelasan tentang apa hasil yang ingin dicapai.
Segala sesuatu diciptakan dua kali. Produk apa pun yang dihasilkan pada mulanya telah ada sebagai konsep, baru kemudian secara fisik.
Misalnya:membangun rumah, selalu ada rancangannya terlebih dahulu.
Kepemimpinan adalah "ciptaan pertama", yaitu "doing the right things".Manajemen adalah "ciptaan kedua", yaitu "doing things right".

Kebiasaan 3: Dahulukan yang utama (Put First Thing First).
Ini adalah kebiasaan mengelola prioritas. Kita harus bisa membedakan apa yang penting (important) dan apa yang mendesak (urgent).
Hal-hal yang mendesak selalu "menyerang" kita, dan biasanya kita bereaksi terhadapnya; waktu kita banyak yang habis untuk mengurusi hal-hal yang mendesak ini, dan seringkali melupakan hal-hal yang justru penting.
Orang-orang yang sangat efektif pandai menggunakan waktunya untuk mengelola hal-hal yang penting, dan sikapnya yang proaktif akan mengurangi timbulnya hal-hal yang mendesak.

Kalau ketiga kebiasaan ini bisa kita kuasai maka kita bisa dikatakan mandiri,dan kini siap memasuki kehidupan yang saling tergantung atau interdependent. Agar kita bisa sangat efektif dalam hidup yang saling tergantung, kita perlu memiliki kebiasaan-kebiasaan selanjutnya.
Kalau kita dapat menguasai ketiga kebiasaan ini maka kita akan mengalami apa yang disebut "kemenangan pribadi" (private victory), dan kita boleh dikatakan telah mencapai tahap kemandirian (independent).

Kebiasaan 4 : Berpikir menang-menang (Think Win-Win).
Menang-menang adalah suatu sikap mental untuk mencari keuntungan bersama.Pada dasarnya ada enam paradigma interaksi manusia; empat di antaranya adalah:
- Menang/Kalah. Semboyannya "Kalau Anda menang, saya pasti kalah; jadi saya harus menang, dan Andalah yang kalah" (contoh: kepemimpinan yang otoriter). Segala sesuatu menjadi persaingan dan setiap kemenangan harus menyebabkan kekalahan pihak lain.
- Kalah/Menang adalah mentalitas orang kalah yang selalu tunduk pada keinginan pihak lain. "Apa sajalah, asal tetap damai". Ini lebih buruk daripada sikap Menang/Kalah karena sama sekali tidak mempunyai pendirian atau keberanian untuk menyatakan keyakinannya. Yang ada hanya mengalah terus-menerus.
- Kalah/Kalah adalah hasil jika dua orang keras kepala, egois dan bersikap mau menang sendiri bertemu. Ini dapat berubah menjadi obsesi permusuhan yang dapat mendorong terjadinya peperangan. Orang dikuasai oleh dorongan untuk mengalahkan pihak lain, bahkan tanpa peduli akan kerugiannya sendiri.
- Menang/Menang adalah falsafah yang dianjurkan Stephen Covey bagi hubungan antara manusia. Yaitu, mencari terus menerus akan manfaat timbal balik dalam setiap interaksi. Dengan menganut paradigma ini, seseorang tidak akan bahagia kalau pihak lainnya tidak bahagia juga. Hidup ini dipandang sebagai kerjasama bukan sebagai permusuhan. Orang yang efektif berprinsip menang-menang dalam tindakannya dan kesepakatannya. Mentalitas menang-menang ini baru bisa dilakukan kalau kita punya "abundance mentality", yaitu pemikiran bahwa segala sesuatunya itu berkelebihan sehingga tidak perlu kita mematikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan. Orang yang mempunyai sikap menang-kalah didasari oleh "scarcity mentality", seakan-akan segala sesuatunya itu terbatas sehingga harus diperebutkan, bilamana perlu dengan mengalahkan pihak lain.

Kebiasaan 5 : Berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti (Seek first to Understand then to be Understood).
Inilah kebiasaan berkomunikasi secara efektif. Para dokter menganalisa penyakit pasiennya sebelum memberi resep. Seorang top salesman akan mempelajari kebutuhan pelanggannya terlebih dahulu sebelum menawarkan produk atau jasanya.
We see the world as we are, not as it is. Kita melihat dunia dari kacamata kita bukan sebagaimana adanya. Persepsi kita dibentuk oleh pengalaman-pengalaman kita, dan seringkali hal ini membatasi kita. Tantangan untuk memecahkan perbedaan pendapat adalah dengan mencoba mengerti sudut pandang atau paradigma orang lain terlebih dahulu.
Kalau kita bisa mengerti secara penuh seseorang, maka ia akan menurunkan tembok pembatasnya.
Memaksakan kehendak kita secara emosional tidak akan produktif malahan sebaliknya: counterproductive.

Kebiasaan 6 : Wujudkan sinergi (Synergize).
Ini adalah kebiasaan untuk mewujudkan kerja sama dan mencari alternatif-alternatif baru yang jauh lebih besar.
Sinergi berarti 1 + 1 2. Sinergi adalah hasil dari menciptakan suasana di mana orang - orang yang berbeda dapat saling memberi sumbangannya berdasarkan kekuatan masing-masing sehingga hasilnya akan lebih besar dibandingkan bila dikerjakan sendiri-sendiri.
Sinergi adalah pendekatan yang paling efektif untuk memecahkan persoalan daripada sikap yang apatis (asal damai saja) ataupun konfrontasi (tidak mau kalah).

Bila kita dapat menguasai kebiasaan nomor 4, 5 dan 6 maka dapat meraih "kemenangan publik" (public victory).

Kebiasaan 7 : Asahlah gergaji (Sharpen the Saw).
Ini adalah kebiasaan untuk perbaikan diri. Istilah ini berasal dari kisah dua orang tukang kayu. Yang satu terus menggergaji dan merasa terlalu sibuk untuk berhenti sebentar. Yang lain berhenti sesekali untuk mengasah gergajinya. Justru yang kedua ini hasilnya lebih banyak dan lebih baik.
Seorang yang efektif akan melakukan kebiasaan-kebiasaan untuk mengembangkan pertumbuhan pengetahuan, mental, spiritual maupun ketahanan fisiknya,karena menyadari bahwa dengan pengembangan diri itu dia bisa lebih produktif dan efektif dan tidak "habis-habisan".
Kebiasaan ini untuk melakukan pengembangan diri.ok,sekian terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan yang tak bagus ini
Kebiasaan ini untuk melakukan pengembangan diri.
Ok,sekian terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan yang tak bagus ini.





Halaman Selanjutnya
« Prev Post
Halaman Sebelumnya
Next Post »
Thanks for your comment