Perlahan Nuansamu Membayang

21.44 Perlahan Nuansamu Membayang
(Dari sudut ruang ini aku menulis tentang kamu)

"Semakin banyak kisah yang kutulis dan aku tak tahu akan berakhir dimana sejak mengenalmu dengan sejuta rasa yang berbeda"

Tidak terasa sudah pukul 21.44,perlahan nuansa perempuan itu membayang bersama malam sambil sesekali deru bising kendaraan diluar sebuah rumah kontrakan belum juga menampakkan tanda-tanda untuk menghening walau hanya sejenak
“Sedang apa Bob?”,Resa menyapaku yang terus menuliskan kata yang aku sendiri tak tahu akan berakhir menjadi apa.
Sebatang rokok dan segelas kopi dengan lampu yang remang menemaniku setia yang duduk tepat di depan pintu ruang tamu rumah kontrakan ini,rumah yang dikontrak oleh teman-teman organisasiku untuk dijadikan sekertariat karena tempat kami yang seharusnya didalam kampus disingkirkan dengan berbagai alasan dan kepentingan birokrasi kampus.
Rumah yang lumayan besar dengan halaman yang luas ini memberiku sebuah tempat untuk terus menulis dan membuat lagu “yah, tempat yang aneh menurut teman-temanku karena merupakan sudut ruangan ruang tamu yang tepat ditengah-tengah jalur lalu lalang penghuni untuk keluar dari rumah ini namun bagiku merupakan tempat yang membuatku leluasa untuk berfikir dan beride
Silih berganti teman-temanku memandangku,mungkin saja aku dianggapnya aneh dengan duduk menyendiri disudut ruang tamu menuliskan apa yang ada di kepalaku,semakin malam semakin banyak penghuni yang datang dengan berbagai cerita mereka namun tak ada satupun yang mampu membuyarkan nuansa perempuan yang kurindukan dan sedang menari dengan senyum manisnya di alam imaji malamku
Semakin banyak kisah yang kutulis dan aku tak tahu akan berakhir dimana sejak mengenalmu dengan sejuta rasa yang berbeda.Roy,Akil dan susi memainkan gitar sambil menyanyikan lagu-lagu yang begitu romantic di halaman rumah yang remang lampunya menambah suasana romantic bagi yang sedang kasmaran,syahdu nyanyian mereka semakin mengantarkan jiwaku lebih dekat dengan wajah perempuan yang sedang kutuliskan parasnya,paras sederhana yang telah membuatku jatuh hati pada perempuan itu.
Pena di tanganku terus bergoyang mengikuti irama nalarku diatas kertas buku catatanku yang mulai usang,seperti asap rokok yang mengepul diruang tamu rumah kontrakan ini pikiranku tentang perempuan pemilik bibir tipis dengan kulitnya yang hitam manis melayang bermain dalam tulisanku sambil sesekali mengingat semua kisah yang mewaktu tanpa ada penuntasan kata cinta.
“Aku tahu kau tidak memiliki rasa padaku namun lagi dan lagi aku akan terus menyayangi dan mencintaimu dengan caraku sendiri,” penggalan puisi yang kutulis dan kuhapalkan ini kusematkan diantara kerinduan pada perempuan itu,penggalan puisi yang kutulis saat pertama aku mengenal dan menumbuhkan perasaan sayang pada perempuan itu yang sampai pada saat setiap huruf terakhir yang kutuliskan tentangnya belum bisa kutuntaskan kata cinta untuknya.

-ilustrasi gambar:maddy_freedom
Halaman Selanjutnya
« Prev Post
Halaman Sebelumnya
Next Post »
Thanks for your comment